A1news.co.id|Aceh Singkil – Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram di Kabupaten Aceh Singkil kian parah dalam beberapa pekan terakhir. Gas bersubsidi yang biasa digunakan masyarakat berwarna hijau melon itu semakin sulit ditemukan, baik di pangkalan resmi maupun pedagang eceran.
“Sudah keliling dari desa ke desa, tapi gas tidak juga ditemukan,” kata Wati, seorang ibu rumah tangga, 2 Juli 2025.
Berdasarkan pantauan di sejumlah wilayah, harga jual di tingkat pengecer kini berkisar antara Rp 35.000 hingga Rp 40.000 per tabung. Angka ini jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah. Padahal, gas subsidi seharusnya hanya dijual melalui pangkalan resmi di bawah distributor, bukan pengecer.
Bupati Aceh Singkil, Safriadi Oyon, meminta seluruh pangkalan menaati ketentuan distribusi dan harga.
Hal itu ia sampaikan dalam acara Sharing Session and Refreshment Kebijakan Pendistribusian LPG PSO di Lae Butar, Gunung Meriah, baru-baru ini.
“Pemda sudah menetapkan harga HET. Kalau salah digunakan, stok bisa habis dan masyarakat yang dirugikan. Cara penyalurannya sudah jelas diatur oleh Pertamina,” ujar Oyon.
Ia menekankan, jika ada pangkalan yang terbukti menjual di atas harga resmi atau menyalurkan tidak sesuai ketentuan, pemerintah tidak segan menjatuhkan sanksi berupa Pemutusan Hubungan Usaha (PHU).
Menurut Oyon, kelangkaan pasokan juga dipengaruhi faktor cuaca ekstrem yang kerap menghambat distribusi dari Merek (Sumut) ke Aceh Singkil.
“Pemda terus memantau pendistribusian. Saat ini curah hujan tinggi yang bisa menyebabkan longsor di perjalanan, termasuk dari Merek ke Sidikalang,” ujarnya.
Pemerintah daerah mengimbau masyarakat segera melapor apabila menemukan pangkalan yang menjual gas melebihi HET.
Laporan dapat disampaikan kepada distributor resmi, yakni PT Rizky Bersaudara dan PT Dewi Lautan Rizky, atau ke Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop) Aceh Singkil.(Irfan)