A1news.co.id|Takengon – Tragedi mencekam kembali menyelimuti Kabupaten Aceh Tengah setelah seorang anak laki-laki AS berusia 10 tahun dari Desa Blang Gele, Kecamatan Bebesen, ditemukan meninggal dunia terperosot masuk ke bendungan PLTA yang terlantar pada, 13 Agustus 2025 yang memiliki kedalaman 4 – 5 Meter.
Peristiwa ini menambah daftar panjang korban yang diduga kuat akibat kelalaian dan ketidak septian Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan.
Menanggapi kejadian mengenaskan ini, Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Gajah Putih (UGP), Asraf, menyampaikan kritik kerasnya dan mendesak Presiden Republik Indonesia untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap PLTA Peusangan.
”Ini bukan kali pertama. Sudah berapa banyak nyawa yang harus melayang sebelum ada tindakan serius? Apakah kita harus menunggu lebih banyak lagi korban berjatuhan baru pemerintah sadar akan bahaya yang mengancam masyarakat?” ujar Asraf dengan nada geram.
Asraf menyoroti kurangnya transparansi dan penanganan yang lambat dari pihak berwenang terkait dampak negatif PLTA Peusangan.
Menurutnya, tragedi berulang ini mengindikasikan adanya kelalaian serius dalam aspek keselamatan dan pengelolaan lingkungan yang berdampak nyata bagi nyawa masyarakat.
Pernyataan ini diharapkan menjadi peringatan keras bagi pihak-pihak terkait agar segera mengambil langkah konkret. Masyarakat Aceh Tengah menuntut kejelasan dan pertanggungjawaban, bukan sekadar janji-janji kosong.
Evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional PLTA Peusangan menjadi suatu keharusan demi memastikan keselamatan dan ketenangan warga, tutupnya.(WD)