Banda Aceh – Pelantikan Dewan Ekonomi Aceh (DEA) oleh Gubernur Aceh Muzakir Manaf disambut positif oleh berbagai pihak, termasuk PTPN IV Regional VI, Selasa (14/10/2025).
Dalam acara yang berlangsung di Banda Aceh tersebut, hadir pula SEVP Business Support PTPN IV Regional VI, Ifri Handi Lubis, bersama sejumlah tokoh dan pelaku ekonomi daerah.
Menurut Muzakir, pembentukan DEA adalah langkah strategis untuk memperkuat arah kebijakan ekonomi daerah yang berbasis pengetahuan, kolaboratif lintas sektor dan adaptif terhadap dinamika global. Ia mengingatkan potensi besar Aceh di berbagai bidang terutama pertanian dan perkebunan.
“Sektor pertanian dan perkebunan harus dioptimalkan. Tujuannya untuk membuka lapangan kerja dan menurunkan angka kemiskinan,” ujar pria yang akrab disapa Mualem tersebut.
Menurut Ifri Handi Lubis, pembentukan DEA merupakan langkah penting dalam memperkuat arah pembangunan ekonomi Aceh, terutama di sektor perkebunan yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian daerah.
“Kami menyambut baik kehadiran Dewan Ekonomi Aceh. Ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, khususnya dalam pengelolaan sektor perkebunan kelapa sawit dari hulu hingga hilir,” ujar Ifri Handi Lubis usai menghadiri pelantikan DEA, Senin (13/10/2025).
Lebih lanjut, ia menilai DEA berperan penting dalam mensinergikan berbagai potensi ekonomi Aceh agar lebih terarah dan berdaya saing. PTPN IV Regional VI, kata Ifri, siap mendukung kebijakan dan program yang mendorong peningkatan produktivitas perkebunan sekaligus kesejahteraan masyarakat sekitar.
“PTPN IV Regional VI berkomitmen memperkuat kemitraan dengan petani sawit rakyat, baik dalam hal pendampingan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) maupun pengembangan rantai nilai industri sawit. Kami ingin memastikan bahwa keberadaan industri perkebunan mampu memberikan manfaat langsung bagi masyarakat Aceh,” tambahnya.
Ifri juga mengapresiasi komposisi anggota DEA yang dinilai mumpuni karena melibatkan berbagai kalangan, mulai dari akademisi, profesional, hingga pelaku sektor strategis.
“Kehadiran para pakar di dalam DEA tentu akan memperkaya arah kebijakan ekonomi Aceh. Kami percaya kolaborasi lintas sektor seperti ini akan menghasilkan solusi nyata untuk penguatan industri sawit, peningkatan nilai tambah produk, dan kemandirian ekonomi daerah,” ungkapnya.
Dengan potensi produksi CPO Aceh yang mencapai lebih dari 1,2 juta ton per tahun, Ifri berharap ke depan Aceh dapat memiliki sistem logistik dan hilirisasi yang lebih efisien.
“Kita semua memiliki visi yang sama, yakni agar Aceh dapat mengelola dan mengekspor hasil sawitnya sendiri melalui pelabuhan di wilayah Aceh. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya logistik, tetapi juga memperbesar kontribusi ekonomi daerah dan membuka lapangan kerja baru,” tutupnya.






















