A1news.co.id|Nagan Raya – Dalam sejarah panjang bangsa ini, mahasiswa selalu menjadi barisan terdepan dalam menyalakan obor perubahan.
Di setiap babak krisis dan transisi bangsa, suara mahasiswa hadir menggugah nurani publik menjadi penjaga arah moral dan kompas intelektual negeri.
Tapi pertanyaan yang harus kita jawab hari ini adalah masihkah mahasiswa memiliki kesadaran peran itu? atau, perlahan terjebak dalam zona nyaman akademik tanpa keterlibatan sosial?
Sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Nagan Raya, saya menegaskan bahwa keaktifan mahasiswa dalam organisasi bukan sekadar opsi pengisi waktu luang tetapi suatu keniscayaan.
Inilah jalan sunyi tapi mulia untuk menempuh proses pembentukan karakter, kepemimpinan, dan kematangan berpikir.
1. Organisasi adalah Sekolah kehidupan, lebih dari sekadar teori.
Kampus memberikan kita teori, sementara organisasi memberikan kita realitas. Di ruang kuliah, kita diajarkan konsep-konsep perubahan sosial.
Tetapi di dalam organisasi, kita langsung terlibat dalam dinamika masyarakat, mengelola konflik, menyusun agenda, serta memimpin manusia dengan segala kompleksitasnya. Ini adalah proses nyata pembelajaran hidup yang tak ternilai.
Organisasi seperti HMI bukan hanya mengajarkan diskusi, tapi juga membentuk karakter.
Di sinilah kita belajar tentang tanggung jawab, loyalitas, solidaritas, keikhlasan dalam berjuang, dan keteguhan prinsip. Organisasi adalah kawah candradimuka yang menggodok mental dan spiritual kita.
2. Mahasiswa bukan penonton, tapi Aktor Sejarah.
Kalau hari ini mahasiswa apatis terhadap persoalan bangsa, maka jangan salahkan jika arah kebijakan diambil oleh mereka yang tak punya nurani dan integritas. Organisasi membentuk kita menjadi aktor sejarah, bukan penonton tak bersuara.
HMI meyakini bahwa setiap kader memiliki tanggung jawab sejarah untuk mengambil bagian dalam proses transformasi sosial.
Di Aceh, khususnya di Nagan Raya, masih banyak persoalan yang butuh suara mahasiswa: isu tambang ilegal, kerusakan lingkungan, rendahnya literasi masyarakat, hingga lemahnya pelayanan publik. Apakah kita akan diam? Atau turun tangan?
3. Organisasi menyiapkan kita untuk Dunia nyata
Mari kita jujur, banyak lulusan sarjana yang pintar secara teori, tapi gagap di lapangan. Tak bisa memimpin tim, tak tahu menyusun program kerja, tak siap menghadapi tekanan. Mengapa? Karena tidak pernah berlatih.
Berorganisasi melatih soft skill yang sangat dibutuhkan dunia kerja: komunikasi, public speaking, problem solving, negosiasi, manajemen waktu, dan kepemimpinan.
Bahkan lebih dari itu organisasi menanamkan mental juang dan ketahanan batin. Dua hal yang sangat penting di tengah dunia yang keras dan kompetitif ini.
4. Organisasi adalah sarana membangun jejaring dan gagasan besar
Di organisasi, kita tidak berjalan sendiri. Kita bertemu dengan berbagai karakter, latar belakang, dan pola pikir, inilah ruang belajar yang sesungguhnya.
Kita belajar menghargai perbedaan, menyatukan gagasan, dan membangun solidaritas. Jaringan yang dibangun hari ini akan menjadi aset sosial dan politik di masa depan.
Lebih dari itu, organisasi adalah ruang mengasah gagasan. Banyak mahasiswa punya ide besar, tapi tak punya tempat untuk mewujudkannya.
HMI memberikan ruang untuk menyusun program kerja nyata, dari internal kampus hingga pemberdayaan masyarakat, Kita tidak hanya berpikir, tapi bertindak, inilah medan pembuktian kualitas intelektual.
5. HMI: Organisasi Perjuangan dan Perkaderan Sejati
Sebagai kader HMI, saya tidak hanya mengajak mahasiswa untuk aktif dalam organisasi secara umum.
Saya mengajak secara khusus: masuklah ke dalam HMI, di sini kita tidak hanya sekadar kumpul, rapat, atau diskusi.
HMI adalah rumah ideologi. HMI adalah tempat bertumbuhnya insan-insan cita: insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
HMI bukan sekadar organisasi mahasiswa. Ia adalah institusi perkaderan. Ia adalah jalan panjang pembinaan intelektual dan spiritual yang telah melahirkan ribuan pemimpin bangsa.
Dari ruang Basic Training (LK I) hingga ke Konfercab dan PB HMI, seluruh prosesnya adalah pembentukan pribadi yang tahan uji, kuat prinsip, dan siap memimpin.
Dari HMI, Kita Bergerak untuk Indonesia
Kepada seluruh mahasiswa di Nagan Raya dan Aceh secara umum, saya ingin mengatakan: jangan pernah merasa cukup dengan kuliah. Jangan merasa aman dengan IPK tinggi. Tanpa kepekaan sosial, semua itu kosong.
Aktiflah dalam organisasi. Masuklah dalam ruang-ruang pergerakan. Tempa dirimu sejak sekarang. Karena tantangan bangsa ke depan tidak semakin ringan. Dan kita, mahasiswa, adalah tulang punggung bangsa hari esok.
HMI menanti kalian bukan sebagai penonton, tapi sebagai pejuang. Bukan sebagai pelengkap, tapi sebagai pemimpin, karena dari ruang organisasi, kita melangkah ke medan perubahan dan dari HMI, kita mengabdi untuk umat dan bangsa.
Penulis: Ketua Umum HMI Nagan Raya Muhammad Agus Rifa’i