A1news.co.id|Nagan Raya – Nagan Raya bukan hanya sekadar titik di peta barat selatan Aceh. Ia adalah tanah yang diberkahi dengan alam yang luas dan belum terjamah, masyarakat yang ramah dan religius, serta kekayaan budaya yang belum banyak tersingkap.
Sayangnya, potensi ini belum tergarap secara serius. Padahal, bila kita melihat lebih dalam, Nagan Raya sesungguhnya menyimpan peluang luar biasa untuk tumbuh sebagai salah satu pusat pariwisata yang berbasis multisektor alam, budaya, sosial, hingga spiritual.
Kita kerap kagum pada tempat tempat jauh, padahal apa yang kita miliki jauh lebih jujur dan menenangkan.
Beutong Ateuh, misalnya sebuah kawasan yang bukan hanya indah, tapi punya nilai historis dan spiritual yang mendalam.
Pegunungan yang membentang, udara yang masih bersih, dan aliran sungai yang jernih menjadi harmoni alami yang sangat langka di zaman ini.
Sayang jika keindahan ini hanya menjadi rahasia bagi segelintir orang, padahal ia bisa menjadi sumber kehidupan secara ekonomi, sosial, bahkan spiritual jika dikelola dengan baik.
Di jantung Nagan Raya berdiri sebuah bangunan yang tidak hanya memukau secara arsitektural, tetapi juga menyimpan simbol kebanggaan daerah: Masjid Agung Baitul A’la, atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Giok. Dibangun dengan batu giok asli kekayaan bumi Aceh masjid ini menjadi penanda bahwa Nagan Raya memiliki wajah baru dalam wisata religi dan kebudayaan Islam modern.
Masjid ini bukan hanya megah dari luar, tapi juga menyampaikan pesan dalam: bahwa keimanan dan kemajuan bisa tumbuh berdampingan.
Wisata religi bukan tentang bangunan semata. Ia adalah perjalanan batin, ruang refleksi, dan perjumpaan antara nilai-nilai spiritual dan kebudayaan lokal.
Masjid Giok membuka jalan itu, dan bisa menjadi magnet wisatawan dari berbagai daerah bahkan luar negeri jika dikelola secara profesional.
Kita sering lupa, kekuatan pariwisata terbesar justru datang dari hal-hal yang paling dekat. Makanan khas, tradisi adat, seni pertunjukan, bahasa lokal, hingga cara orang Nagan menyapa tamu semua itu adalah bagian dari pariwisata yang tidak bisa ditiru daerah lain.
Tapi semua itu akan memudar kalau kita sendiri tak menjaganya. Maka, promosi pariwisata tidak boleh hanya soal destinasi, tapi juga bagaimana kita merawat dan menghidupkan kembali budaya lokal agar tidak tenggelam di tengah gempuran zaman.
Sebagus apa pun konsep wisata, tanpa keterlibatan masyarakat, ia akan gagal. Di sinilah kekuatan Nagan Raya sebenarnya: modal sosialnya.
Masyarakat Nagan punya semangat gotong royong, nilai kekeluargaan, dan keramahan yang khas. Ini harus jadi pusat dari pengembangan pariwisata bukan masyarakat yang disisihkan, tapi justru diberdayakan.
Bayangkan jika ibu-ibu di kampung bisa membuka warung khas untuk wisatawan. Atau anak muda lokal menjadi pemandu wisata yang fasih menjelaskan sejarah daerahnya. Itu bukan mimpi itu bisa kita wujudkan, asal ada komitmen bersama dan perencanaan yang matang.
Pariwisata bukan cuma soal mendatangkan wisatawan. Ini soal bagaimana kita memperkenalkan jati diri daerah, membuka akses ekonomi baru bagi warga, dan yang lebih penting mengangkat martabat daerah.
Kita tidak butuh meniru daerah lain. Nagan Raya tidak perlu jadi Bali baru atau Lombok kedua. Nagan cukup menjadi dirinya sendiri dengan segala kekhasan yang dimilikinya.
Namun ini tidak bisa jalan sendiri. Pemerintah daerah harus punya arah yang jelas. Infrastruktur pendukung harus dibangun, SDM lokal harus dilatih, dan promosi harus dilakukan secara kreatif.
Dunia pendidikan, komunitas, dan pelaku usaha juga harus duduk bersama. Karena membangun pariwisata berarti membangun masa depan.
Tantangan akan selalu ada. Tapi bukan berarti kita harus diam. Justru dari keterbatasan, lahir semangat untuk bergerak. Kini saatnya Nagan Raya bangkit bukan sekadar membangun tempat wisata, tapi membangun kesadaran bersama bahwa kita punya sesuatu yang layak dibanggakan.
Pariwisata adalah jalan yang bisa kita pilih untuk meraih kemajuan tanpa kehilangan akar.
Dengan keseriusan, keberanian, dan kerja bersama, tidak mustahil Nagan Raya akan menjadi salah satu wajah baru pariwisata Aceh yang berkelas, mandiri, dan bermartabat.
Ayo kita jaga, kita kembangkan, dan kita perjuangkan bersama. Karena masa depan Nagan Raya ada di tangan kita semua.(*)