A1news.co.id|Takengon – Ketua Rumah Budaya Gayo Bobby Wan Prinu Tarigan, SE hadir di acara Workshop Alam dan Budaya Mengenal Kebudayaan dan Menyelamatkan Gajah
Ia menyampaikan beberapa hal dalam workshop tersebut :
1. Pengelolaan Habitat Gajah
Koridor satwa : Membuat jalur khusus agar gajah bisa berpindah dari satu hutan ke hutan lain tanpa harus melewati lahan manusia.
Restorasi hutan : Mengembalikan hutan yang rusak agar gajah punya sumber makan alami.
Taman Nasional / Kawasan Konservasi → Memperluas dan menjaga habitat gajah agar kebutuhan ruangnya terpenuhi.
2. Mitigasi di Tingkat Masyarakat
Penggunaan pagar alami : Misalnya pagar dari tanaman berduri (seperti kaktus atau bambu rapat).
Pagar listrik ramah satwa : Memberi kejutan kecil yang tidak mematikan, hanya untuk menakut-nakuti gajah.
Menanam tanaman penghalau : Seperti cabai atau jahe yang tidak disukai gajah, ditanam di tepi ladang.
Sistem peringatan dini : Gunakan lonceng, meriam karbit, atau bahkan sensor untuk memberi tahu warga kalau ada gajah mendekat.
3. Pendekatan Sosial dan Edukasi
Pelatihan masyarakat : Supaya tahu cara menghalau gajah tanpa menyakiti.
Program kompensasi : Ganti rugi bagi petani yang lahannya dirusak gajah, agar tidak membalas dengan membunuh.
Edukasi konservasi : Membuat masyarakat memahami pentingnya gajah bagi ekosistem.
4. Pendekatan Teknologi Modern
Drone & GPS collar : Untuk memantau pergerakan gajah secara real-time.
SMS/Radio Alert System : Memberi info cepat pada warga ketika kawanan gajah terdeteksi.
5. Kebijakan & Kolaborasi
Dukungan pemerintah untuk aturan perlindungan satwa liar.
Kolaborasi antara pemerintah, LSM, peneliti, dan masyarakat lokal.
Dan dalam hal ini RBG berpesan kita jgn saja berbicara masalah komplik bersama gajah tapi gimana kita mengatasi komplik dengan manusia nya.(WD)