A1news.co.id|Takengon – Kondisi Kabupaten Aceh Tengah yang tengah menghadapi bencana hidrometeorologi kini diperparah dengan krisis energi akut menyusul aksi panic buying yang meluas.
Situasi ini berdampak langsung pada terhambatnya upaya evakuasi korban dan terancamnya layanan vital di rumah sakit. Minggu (30/11/2025)
Pantauan di lapangan menunjukkan antrean kendaraan yang mengular hingga mencapai tiga kilometer di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah tersebut.
Masyarakat berbondong-bondong menyerbu sisa stok BBM yang tersedia akibat kekhawatiran pasokan akan terhenti sepenuhnya menyusul putusnya akses jalur darat dari luar daerah.
Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, melalui Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Jauhari, menyatakan bahwa aksi panic buying ini telah memicu kekosongan total stok BBM untuk kebutuhan kritis.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tenang. Namun, perlu kami sampaikan bahwa akibat panic buying yang tak terkendali, stok Bahan Bakar Minyak untuk operasional genset evakuasi korban dan juga untuk kebutuhan operasional Rumah Sakit Umum Datu Beru (RSUD) kini telah habis total,” jelas Jauhari,
Kekosongan BBM ini segera menimbulkan efek domino yang berbahaya. Unit-unit evakuasi yang mengandalkan generator listrik untuk operasional di daerah terisolir kini terhenti, memperlambat proses pencarian korban dan distribusi bantuan awal.
Sementara itu, RSUD Datu Beru yang menjadi pusat penanganan medis bagi korban bencana, kini sangat rentan.
Terputusnya akses listrik di 14 kecamatan membuat rumah sakit harus bergantung penuh pada pasokan genset.
Dengan habisnya BBM, operasional medis kritis dan pelayanan pasien rawat inap terancam lumpuh dalam hitungan jam.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah mendesak bantuan logistik BBM segera dikirimkan melalui jalur udara, mengingat jalur darat masih lumpuh total.
Status darurat energi dan pangan kini menjadi prioritas utama untuk mencegah krisis kemanusiaan semakin meluas di wilayah terisolir.
Kutipan : Farsha






















