A1news.co.id|Aceh Utara – Malam itu, setelah air banjir melanda Gampong kami meninggalkan lumpur‑lumpur pekat di jalan‑jalan Gampong Hagu, desa kecil itu terasa seperti dunia yang kehilangan napas.
Lampu‑lampu jalan yang biasanya berkelip‑kelip menyambut para pekerja pulang kini mati total, meninggalkan hanya cahaya redup dari lentera minyak yang dibawa oleh beberapa warga yang masih bertahan pengungsian dan juga dirumah dengan menggunakan lilin dan lampu teplok sederhana dengan minyak tanah untuk penerang dirumah akibat listrik belum hidup.
*Kegelapan yang menakutkan*
Tanpa listrik, suara‑suara malam menjadi lebih nyaring. Gemercik dedaunan, desiran air yang masih mengalir perlahan di selakan‑ parit, dan gelegar gelegar kayu yang mengayun karena angin malam.
Bagi orang‑orang tua yang sudah terbiasa menunggu lampu menyala tepat pukul enam, kegelapan ini terasa seperti kehilangan sahabat lama.
Anak‑anak pun mulai berkumpul di teras rumah Pak Mamat, berbagi cerita sambil menunggu cahaya kembali.
*Usaha memperbaiki jaringan*
Keesokan paginya, tim PLN dari Aceh utara ranting Lhoksukon perlengkapan berat. Mereka harus menembus jalan‑jalan berlumpur dan mereka kerja keras melihat gardu yang masih terendam air teryata masih ada.
Gardu yg terendam air dan rumah penduduk seperti gardu Gampong Me Hagu gardu Alu Thoe dan matang Peusangan kemaren jam 09.00 Timb PLN Lhoksukon mengidentifikasi gardu mana yg masih terendam teryata gardu Alue Thoe tidak terendam lagi.
Kecuali ada rumah warga Alue Thoe Masih terendam air sambilbait surut tim PLN Lhoksukon meluncur ke matang Peusangan untuk memutuskan jaringan gardu menujungardu alu rime.
Katena jaringan gardu gp.hagu sampai ke gardu Alue rime para pekerja para pekerja terus memantau debit air yg ada dirumah warga Gampong Alue Thoe waktu mereka balik dari matang Peusangan air dirumah warga sudah surut sebatas lutut orang dewasa.
*Harapan yang tetap menyala*
Meskipun listrik belum kembali, normal semangat warga Gampong Hagu tidak padam di menasah pemuda dan pemudi tetap semangat walaupun dipengunsian.
*penantian lama*
Hari kamis sore listrik akhirnya kembali mengalir perlahan. Lampu jalan menyala satu per satu, orang di pengungsian mulai kembali karena air sudah surut dan listrik sudah menyala dan pembersihan mudah dilakukan dan mesjid dan menasah sudah melaksanakan salat berjamaah walau dalam hati masih trauma akibat banjir bandang.
Masyarakat Gampong Hagu Akhi rmasih menyimpan bekas‑bekas banjir: lumpur yang meng kering di dinding, perabotan yang harus diperbaiki, dan kenangan tentang malam tanpa listrik.
Namun, di balik semua itu, ada rasa kebersamaan yang lebih kuat. Kegelapan yang pernah menyelimuti desa itu justru menyalakan kembali cahaya persahabatan, kerja sama dan harapan bahwa, walau apapun terjadi, Gampong Hagu akan selalu menemukan cara untuk tetap bersinar.
Alhamdulilah kata seorang warga dipengunsian “dengan hidup listrik kembali kami bisa melakukan aktifitas kembali dirumah sekembali dari pengungsian juga terima kasih kami kepada tim PLN ranting Lhoksukon yg bersusah payah untuk menghidupkan lampu listrik digampong kami, ujarnya.(Kari Usman)






















