A1news.co.id|Takengon – Khatib Tgk H Ismai Ishak ketua BKM Mesjid Al Maarif Teupin Jaloh judul khutbahnya “Isra Miraj dan peringatan banjir Jum,at 5 Desember 2025.
Saudaraku sekalian yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah pada hari yang mulia ini kita berkumpul kembali di rumah Allah, meski jejak‑jejak banjir masih membasahi halaman masjid.
Sebelum kita memohon rahmat dan ampunan, izinkanlah khatib sampaikan dalam khutbah singkat khatib ingin menyampaikan peristiwa banjir bandang yg cukup parah menimpa Aceh umumnya dan khususnya Aceh Utara yang meluluhlantakkan seluruh harta dan nyawa yang tidak berdosa.
Ini semata teguran Allah yang melalaikan salat lupa kepada sang pencipta tapi hanya kenikmatan yang dicari untuk mengukir kembali kisah air yang mengamuk, agar hati kita tidak hanya tergetar oleh kebahagiaan semata tetapi juga oleh pelajaran yang Allah titipkan di balik musibah.
Malam itu, ketika kebanyakan dari kita sudah terlelap, langit di atas Gampong Hagu dan Matangkuli umunya hitamnya. Hujan lebat turun tanpa henti, mengalir deras menembus celah‑celah atap, menembus sungai‑sungai kecil yang biasanya mengalir tenang.
Dalam hitungan jam, air yang mengalir seperti air bah nabi Nuh menyapu jalan‑jalan, menenggelamkan rumah‑rumah, menyeret lumpur, kayu, bahkan ternak.
Ketinggian air mencapai setengah sampai 3 meter di beberapa tempat, memaksa warga berlari ke tempat yang lebih tinggi, meninggalkan harta benda yang tak ternilai.
Suara gemuruh air itu seakan menjadi seruan alam, mengingatkan kita akan firman Allah dalam Surah Al‑Baqarah ayat 155: _“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah‑buah, dan berikanlah kabar gembira kepada orang‑orang yang sabar.”
Saudaraku, banjir ini bukan sekadar bencana alam; ia adalah ujian keimanan, kesabaran, dan kepedulian.
Kita lihat bagaimana para pemuda mengangkat perahu darurat, bagaimana ibu‑ibu menyiapkan makanan dengan apa yang tersisa, bagaimana para petani menolong tetangga yang terperangkap di ladang. Semua itu adalah cahaya iman yang tetap menyala meski air menenggelamkan dunia luar.
Namun, di tengah kebingungan dan ketakutan, Allah tetap memberi kita peluang untuk bersyukur. Ketika listrik padam, lampu darurat menyala; ketika air mengalir kembali, sumur‑sumur yang dulu kering kini berlimpah.
Kita melihat kembali ke masjid ini, yang meskipun dindingnya berlumut, namun suaranya tetap bergaung. Pada hari ini, ketika kita menunaikan shalat Jum’at, mari kita renungkan kembali tiga pelajaran penting:
1. *Kesabaran dalam cobaan* – seperti air yang mengalir, cobaan datang dan pergi. Kesabaran menjadikan kita kuat, sebagaimana pohon kelapa yang tetap berdiri meski ombak menghempas.
2. *Solidaritas sesama* – banjir mengajarkan kita bahwa tidak ada yang lebih berharga daripada tangan yang saling menolong. Setiap tetes air yang mengalir kembali ke sungai adalah simbol kepedulian kita kepada saudara‑saudara kita.
3. *Kembali kepada Allah* – hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan. Dengan shalat, dzikir, dan doa, kita menumbuhkan kembali hubungan yang mungkin sempat terabaikan.
Saudaraku, marilah kita akhiri khutbah ini dengan doa:
_“Ya Allah, Engkau yang Maha Pengasih, kami memohon kepada-Mu agar menurunkan rahmat-Mu kepada saudara‑saudara kami yang terdampak banjir.
Pulihkanlah rumah‑rumah mereka, berilah mereka kesehatan, dan kuatkanlah hati mereka. Ya Rabb, jadikanlah musibah ini sebagai pelajaran bagi kami, agar kami senantiasa bersyukur dan bersabar. Amin.”_
Semoga Allah menerima doa kita, dan semoga cahaya iman tetap menyinari langkah kita meski banjir telah surut.dan yang utama jaga salat terutama secara pribadi dan jamaah ,terutama salat jamaah semoga Allah menjaga kita.
Khatib berpesan jadikan banjir ini sebagai peringatan Allah dan kapanpun harta dan nyawa itu milik Allah cuma titipan Allah semua kita kembali kepadanya ,Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.,akhir khutbahnya.(Kari Usman)






















