A1news.co.id|Takengon – Suasana haru dan khidmat menyelimuti halaman SMA Negeri 9 Takengon saat 108 siswa baru secara simbolis diserahkan oleh orang tua kepada pihak sekolah melalui prosesi adat Gayo “Serahan ku Guru”.
Tradisi yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Suku Gayo di Aceh Tengah ini menjadi simbol penyerahan tanggung jawab pendidikan dari keluarga kepada guru sebagai orang tua kedua di lingkungan sekolah.
Acara adat ini turut dihadiri oleh Ibu Kartini, S.Pd., ST selaku pengawas sekolah dari Cabang Dinas Pendidikan Aceh Tengah, serta aparatur kampung Reje Wali, Kecamatan Ketol, yang diwakili oleh Petue Kampung, Bapak Muhammad, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Sekolah.
Dukungan dari masyarakat setempat menambah kekuatan moral dan kebersamaan dalam membangun pendidikan di daerah ini.
Prosesi Serahan ku Guru dimeriahkan dengan adat tepung tawar dan penyelimutan kerawang Gayo kepada perwakilan siswa, yang menggambarkan doa dan harapan agar anak-anak menjadi generasi yang cerdas, berakhlak, dan berbudaya.
Tampak raut haru dari para orang tua, sebagai tanda keikhlasan dalam menitipkan anak-anak mereka kepada para pendidik.
Kepala SMA Negeri 9 Takengon, Bapak M. Yusup, S.Pd, dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh wali murid serta masyarakat Ketol dan sekitarnya.
“Alhamdulillah, tahun ini kami menerima 108 siswa baru, sesuai dengan kapasitas maksimal tiga kelas belajar. Ini mencerminkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini.
Jika jumlah pendaftar terus meningkat, tentu kami akan berupaya untuk menambah ruang kelas di masa mendatang,” ungkapnya.
Beliau juga menegaskan bahwa seluruh dewan guru, staf tata usaha, dan pihak sekolah akan berkomitmen memberikan pelayanan pendidikan terbaik demi mencetak generasi yang unggul dan berdaya saing.
“Sekolah ini bukan hanya tempat belajar, tapi juga rumah kedua yang akan membentuk karakter dan masa depan siswa,” tambahnya.
Dengan terlaksananya prosesi Serahan ku Guru, SMA Negeri 9 Takengon tak hanya menumbuhkan semangat kebersamaan, tetapi juga menegaskan identitas budaya yang harmonis dengan dunia pendidikan.
Tradisi lokal yang dilestarikan ini menjadi pondasi kuat dalam membangun ekosistem sekolah yang berbasis nilai, budaya, dan kebersamaan.(WD)






















